14 tahun yg lalu, saat makan siang sendiri disalah satu cafe yg berada di gedung Setiabudi Building Kuningan Jakarta, sengaja saya melambatkan diri untuk kembali ke kantor karena ada satu hal yg sangat mengganggu saya saat itu. 2 Minggu sebelumnya, ada sebuah penawaran dari tempat saya bekerja, bahwa perusahaan akan melakukan restrukturisasi organisasi, oleh sebabnya perusahaan menawarkan program Pensiun Dini atau Golden Shakehand bagi sebagian karyawannya.
Saya memang tidak termasuk karyawan yang ditawari program tersebut, mengingat karir saya cukup baik dan masih dalam usia yang sangat produktif. Namun saya berfikir, kalau saya mengajukan diri masuk program tesrsebut, mungkin ini kesempatan Emas untuk memulai bisnis dan mendapatkan modal yang lumayan dari pesangon yang diperoleh.
Itu sebabnya saya berfikir lama untuk menimbang-nimbang apakah saya akan tetap berkarir di perusahaan tersebut atau mengambil kesempatan pensiun dini dan menjadi pebisnis?
Lagi asik2nya melamun mempertimbangkan semua kemungkinan, tiba2 saya dikejutkan oleh kedatangan seorang sahabat lama, teman semasa kuliah. Seorang pengusaha angkutan yg cukup berhasil.
Lagi ngapain loe disini, ngelamun lagi, bukannya masuk balik kerja. Begitu kurang lebih dia menyapa saya. Ahirnya saya cerita apa yg sedang saya pikirkan dan pertimbangkan.
Lalu dia bertanya begini:
Kalau kamu tetap bekerja di perusahaan sekarang, mungkin tidak kamu meraih keberhasilan pada karir kamu?
Sangat mungkin jawab saya. Saya adalah manager tercepat, termuda, dan paling rendah pendidikannya. Artinya peluang saya untuk meraih karir yang lebih baik sangat terbuka.
Ok, lanjut dia. Mungkin tidak kamu gagal dalam berkarir di perusahaan yang sekarang?
Saya bilang, mungkin saja. Banyak saat ini karyawan2 baru yang jauh lebih baik pendidikannya, lebih energik dan ambisius, mungkin saja saya akan gagal.
Bagus, kata dia. Sekarang, kalau kamu memutuskan keluar dari tempat kamu kerja dan berbisnis, mungkin tidak kamu sukses dalam berbisnis?
Sangat mungkin jawab saya. Saya merasa punya potensi, punya keinginan untuk maju, ditambah punya modal dalam bentuk uang (pesangon) yg menurut saya lebih dari cukup saat itu. Dan modal uang itu yg kebanyakan orang mencarinya.
Baik, kata dia. Kalau kamu berbisnis, mungkin tidak kamu akan gagal dan bangkrut?
Saya bilang, ya mungkin saja. Kita kan tidak tahu apa yang akan terjadi di depan.
Lalu dia mengatakan begini:
Nah, kamu sendiri sudah tahu apa jawabannya. Ngapain dipikirin lama-lama, wong ternyata semua pilihan sama, mau pilih yang manapun ternyata peluang dan resikonya sama, jadi ngapain kamu musti bingung apalagi galau. Cepat putuskan, tidak ada keputusan yang salah, semuanya benar. Walaupun saat ini kamu mengatakan keputusanmu itu salah, suatu saat nanti kamu akan mengatan keputusan kamu benar. Yang salah itu tidak pernah memutuskan…!!
Damn! Saya seperti digampar bolak-balik. Loe bener banget kata saya sambil masih merasa shock!
Saat itu juga saya langsung pamit, balik ke kantor, tapi bukan untuk kerja, tapi untuk bikin surat pengunduran diri dan ikut program pensiun dini, nggak pake mikir lagi, saya tinggalkan status keren Manager IT dengan gaji 18jt/bulan saat itu.
Apa yang Anda inginkan seringkali tidak terjadi dengan cara-cara seperti yang Anda pikirkan. Keluar dari tempat kerja, dapat pesanggon 400jt, mulai berbisnis, Alhamdulilah 2 tahun kemudian abis, alias bangkrut. Sempat mikir nyesel dan salah mengambil keputusan.
Tapi, sekarang saya bilang, keputusan saya itu benar!!
Inspired By
Rully Kustandar
Founder kebunemas.com